-->

Makalah Peranan Akidah di Zaman Modern


Peranan Akidah di Zaman Modern 

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
            Dunia modern yang antara lain ditandai oleh semakin hilangnya batas ruang dan waktu telah membuat kehidupan manusia semakin kompleks. Semakin cepatnya perputaran siklus kehidupan, membuat orang merasakan terbatasnya waktu yang hanya tersedia 24 jam sehari. Untuk memperluas kemampuan manusia mengatasi keterbatasan waktu tersebut dibuatlah perangkat teknologi seperti internet. Ini berguna untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah setiap manusia dalam merebut peluang kehidupan didunia ini.

            Padahal jika diketahui orang hidup itu tidak hanya untuk hal yang berkaitan dengan hal duniawi saja tapi ada hal-hal yang lebih penting dari itu yaitu hal-hal yang berkaitan dengan akhirat. Jika mau dijabarkan orang pasti akan merasa kurang dengan 24 jam dalam sehari dan jika ditanya apakah mau menambah waktu lagi ? pasti jawaban mereka ‘ ya ‘ karena waktu 24 jam bagi mereka yang memiliki banyak kesibukan akan merasa kurang saja. Padahal jika dibanding dengan memikirkan hal yang berkaitan dengan akhirat waktu 24 jam sangatlah banyak.

            Merenungkan fenomena tersebut, Fukuyama (1998) seorang filosofer dari Universitas James Mason, Amerika Serikat menulis buku yang sangat menghebohkan berjudul “ The End Of History And The Lost Man “. Buku ini menggambarkan betapa sejarah telah berakhir. Hal

BAB I

A. LATAR BELAKANG

Makalah Hadis Tentang Dasar-Dasar Aqidah

Telah kita ketahui bahwa Nabi Muhammad SAW, merupakan penanam akidah yang kuat kepada para sahabatnya. Dan berlanjut kepada umat selanjutnya. Sampai pada masa kita saat ini. Akidah yang telah Beliau tanamkan kepada umat manusia berdasarkan Al-Quran dan AL-Hadis.

Dengan Al-Quran dan Al-Hadislah umat manusia bisa menemukan jalan benar, menuju akidah yang tak tergoyahkan, akidah yang diridhai Allah. Berangkat dari sinilah pemakalah ingin menjabarkan dasar-dasar dari akidah, yaitu dasar Hadis Nabi Muhammad SAW.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Hadis berkenaan dengan dasar-dasar akidah.
2. Ta’rif (pengenalan) rawi
3. Pemahaman Hadis

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadis Tentang Iman Islam Dan Ihsan
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ , لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ , وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِي صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ , وَقَاَل : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الْإِسْلَامِ , فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا قَالَ أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِي يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُم ) رواه مسلم(

Artinya : Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anhu, dia berkata: "Ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata : "Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam ". Rasulullah menjawab, "Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata, "Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya. Orang itu berkata lagi, "Beritahukan kepadaku tentang Iman". Rasulullah menjawab, "Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk". Orang tadi berkata, "Engkau benar". Orang itu berkata lagi, "Beritahukan kepadaku tentang Ihsan". Rasulullah menjawab, "Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata lagi, "Beritahukan kepadaku tentang kiamat". Rasulullah menjawab, "Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya."Selanjutnya orang itu berkata lagi, "Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya". Rasulullah menjawab, "Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan."Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab, "Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata, "Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu". [HR Muslim no. 8]

B. Biografi Rawi dan Perawi Hadis Tentang Dasar Aqidah di atas
1. Rawi Sahabat (Umar Bin Khattab ra).
Nama lengkapnya adalah Amirulmukminin Abu Hafashah Umar Ibnul Khattab Al-Faruq Al-‘Adwi Al-Quraisy. beliau masuk islam pada tahun ke 6 dari lahirnya islam atas anjuran saudaranya yang perempuan namanya Fatimah Binti Khattab. Beliau merawikan sebanyak 537 hadis. Beliau wafat tahun 24 H. akibat tikaman seorang hamba sahaya yang bernama Abu Lu’luah, yaitu budak Maghirah bin Syu’bah.

2. Perawi ( Muslim )
Nama lengkap beliau adalah Imam Abdul Husain bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Dia dilahirkan di Naisabur tahun 206 H. Kehidupan imam Muslim penuh dengan kegiatan mulia. Beliau merantau ke berbagai negeri untuk mencari hadits. Dia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya. Dia belajar hadits sejak masih kecil yakni mulai tahun 218 H. Setelah mengarungi kehidupan yang penuh berkah, Muslim wafat hari ahad sore dan dimakamkan di kampung Nasr Abad di daerah Naisabur pada hari senin, 25 Rajab 261 H dalam usia 55 tahun. Imam Muslim mempunyai guru hadits yang sangat banyak sekali diantaranya adalah Utsman bin Abi Syaibah, Abu Bakar bin Syaibah, Syaiban bin Farukh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin Harab, ‘Amar an-Naqid, Muhammad bin Mutsanna, Muhammad bin Yasar, Harun bin Sa’id al-Aili, Qutaibah bin Sa’id dan lain sebagainya.

Kitab Tulisan Imam Muslim,
Imam Muslim mempunyai kitab hasil tulisannya yang jumlahnya cukup banyak, diantaranya:
1. Al-Jami’us Shahih
2.
Al-Musnadul Kabir alar Rijal
3. Al-Asma wal Kuna
4. Al-Ilal
5. Al-Aqran
6. Sualatihi Ahmad bin Hanbal
7. Al-Intifa’ bi Uhubis Siba’
8. Al-Muhadramain
9. Man Laisa Lahu Illa Rawin Wahidin
10. Auladus Sahabah
11. Auhamul Muhaditsin
Kitabnya yang paling terkenal sampai kini ialah al-Jami’us Shahih atau Shahih Muslim. [3]

C. Pemahaman Terhadap Hadis Dasar Aqidah
a. Hadis

1. Memperindah pakaian dan penampilan ketika masuk masjid, menghadiri majlis ilmu dan sopan santun ketika berhadapan dengan para ulama. Sesungguhnya Jibril alaihissalam datang sebagai guru mengajar manusia dengan penampilan dan tutur katanya.

2. Islam secara etimology atau bahasa : tunduk dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt. Sedangkan menurut syariat : yang didirikan atas lima pondasi, yaitu : bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa dibulan ramadhan dan haji ke Baitullah.

3. Iman menurut bahasa : yakin, sedangkan menurut syariat :keyakinan yang kokoh akan keberadaan Allah sebagai pencipta dan bahwa Dialah satu-satu Dzat yang berhak diibadahi.

Membenarkan adanya makluk Allah berupa para malaikat. Membenarkan kitab-kitab samawi yang diturunkan oleh Allah. Membenarkan para rasul Allah yang Allah utus untuk manusia menunjuki jalan yang benar. Membenarkan adanya hari akhir.

4. Islam dan Iman. Dari pembahasan diatas dapat diketahui Islam dan Iman dua hakikat yang berbeda. Namun adakalanya syariat memperluasnya dengan menyebutkan salah satunya untuk menunjukkan keduannya. Tidak asa iman tanpa Islam dan tidak ada Islam tanpa adanya iman. Dan keduanya saling berkaitan erat, karna iman itu mesti ada didalam hati dan amal (Islam) yang dikerjakan oleh anggota badan.

5. Ihsan adalah ikhlas dan berbuata sebaik mungkin (itqan). Yaitu mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah dengan menyempurnakan pelaksanaannya seakan-akan melihat Allah saat beribadah. Jika tidak mampu melakukan yang demikian maka ingatlah bahwa Allah itu melihat, menyaksikan perkara yang kecil dan yang besar.

b. Perkataan Ulama Tentang Hadis Dasar Aqidah
1. Imam An-Nawawi

Sabdanya أَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَان . iman menurut bahasa adalah kepercayaan secara umum. Secara syariat adalah ungkapan tentang kepercayaan khusus, yaitu mempercayai Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, Hari ahirNya dan qadar baik dan burukNya. Adapun Islam ialah ungkapan tentang melakukan berbagai kewajiban, yaitu kepatuhan pada amalan zahir.


Sabdanya فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِحْسَانِ. Ini maqam musyahadah, karna orang yang ditakdirkan dapat melihat Al-Malik (Allah), ia malu berpaling kepada selainNya dalam shalat, dan menyibukkan hatinya pada lainNya. [5]

2. Imam Ibnu Daqiq

Ini adalah hadis agung yang mencakup semua tugas amalan zahir dan bathin. Ilmu-ilmu syariat semuanya merujuk kepadanya dan bercabang darinya, karena hadis ini, meskipun ringkas, berisikan ilmu dan sunnah. Ia sebagai induk sunnah, sebagaimana al-fatihah disebut Ummul Quran (induknya al-Quran), karena meskipun ringkas tapi berisikan isi-isi Al-Quran.

3. Syaikh Ibnu Utsmain

Penjelasan bahwa Islam memiliki lima rukun yang harus dibangun, dan keislaman tidak sempurna apabila tidak melaksanan lima rukun Islam tersebut. Karna Nabi Muhammad menjawab dengan demikian :

فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم " اَلْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وsتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا

Rasulullah menjawab, "Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya."

• Iman mencakup enam perkara, yaitu :
قال " أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره

Rasulullah menjawab, "Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk". Orang tadi berkata, "Engkau benar".

Penjelasan tentang ihsan, yaitu manusia beribadah kepada Allah dengan peribadatan رَغْبَةٌ وَ طَلَبَ (menginginkan dan mencari), seolah-olah ia melihatNya. Ia ingin sampai kepadaNya, Derajat ihsan inilah yang paling sempurna. Jika tidak sampai pada keadaan ini, maka kepada derajat kedua, yaitu beribadah kepada Allah dengan peribadatan خَوْفٌ وَ هَرْبٌ (rasa takut) terhadap siksaNya. Karna itu nabi besabda “jika kamu tidak melihatnya, maka ia melihatmu”.

DAFTAR PUSTAKA Makalah Hadis Tentang Dasar-Dasar Aqidah
Abdullah Haidir, Hadis Arbai’n, (Surakarta:Indiva Pustaka,2010)
Muhammad Abu Syuhbah, Kutubus Sittah, (Surabaya: Pustaka Progressif. 1999)
Musthafa Dieb Al-Bugha Dan Syaikh Muhyiddin Mitsu, Al-Wafi Syarah Hadist Arba’in Imam
An- Nawawi,(Pustaka Al-Kausar, Jakarta Timur, 2007)
Sayyid Bin Ibrahim Al-Huwaithi, Syarah Arbain An-Nawawi (Darul Haq, 2006)
Siradjuddin Abbas, 40 Masalah Agama, (Jakarta: Pustaka Tarbiah, 2000)
Shahih Muslim.
Shahih Sunan Tarmidzi.


ini karena manusia telah menjadi penganut suatu system kapitalis-liberalis yang semakin tidak menghargai nilai kemanusiaan dan kehidupan hanyalah sebuah kompetisi antar manusia yang semakn tidak memperdulikan suatu kerjasama antar umat manusia. Manusia lain bukanlah bagian dari sukses kehidupan melainkan bagian dari sebuah kompetisi. Manusia semakin tidak mampu membangun saling percaya padahal saling percaya merupakan perekat kehidupan manusia sehingga manusi tidak lagi melihat manusia sebagai musuh atau pesaing atauperebutan peluang. Kalau saling percaya itu hilang, maka kita tidak lagi sebagai ummat yang berhasil membangun persaudaraan. Hanya persaudaraanlah yamg bisa membuat dunia ini penuh kedamaian dan kemakmuran ( Haryanto, 2002 ).
            Dunia yang berorientasi materialistik telah menghantarkan manusia kedalam kehidupan tanpa kebahagiaan. Semakin kaya harta, semakin miskin mereka dalam kebahagiaan hidup. Tetapi dalam Islam bekerja keras mengumpulkan ilmu dan harta merupakan ibadah, karena ilmu dan harta tersebut harus diamalkan untuk kepentingan umat manusia.
            Kegiatan mengumpulkan ilmu dan harta pasti tidak akan lepas dari kerja keras dan pemanfaatan waktu, tenaga, dan biaya secara efisien. Kesibukan inilah yang seringkali menggoda manusia untuk melupakan Allah, saudara sesama muslim dan bahkan dirinya sendiri. Padahal jika disadari, semua yang dilakuikan manusia adalah sia-sia tanpa ridho dan kekuasaan Allah.
            Saat ini banyak orang yang bertindak “semau gue”, mereka menunda-nunda waktu sholat, puasa, zakat, dan lainnya. Mereka menganggap bahwa ibadah-ibadah ini tidak memberikan dampak dalam ekonomi dan materi. Padahal prilaku seseorang itu ditentukan oleh kualitas imannya, jika iman mereka bagus dan mantap maka akan melahirkan prilaku yang bagus. Maka sasaran utama yang dilakukan adalah bagaimana meluruskan kualitas akidah dan ibadah mereka.
            Perlu diketahui bahwa mahasiswa adalah sebagai titik sentral dalam suatu bangsa. Namun patut direnungkan sekali lagi bahwa gelombang atau pengaruh dari luar yang begitu dasyat sehingga mampu membuat mahasiswa dapat melupakan ajaran-ajaran dalam Islam yang berkaitan dengan keimanan dan akidah mereka. Menurut Koesmarwati (2002), hancurnya moral, akhlak dan akidah generasi muda saat ini berarti menambah buramnya wajah masa depan bangsa kedepan. Oleh karena itu, kualitas akidah dari mahasiswa di zaman serba modern ini harus benar-benar diperhatikan sehingga mereka tidak menjadi bom waktu untuk bangsanya sendiri.
           

            Perlu direnungkan bersama salah satu ayat dari wahyu Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 :
            “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmua dengan penuh hikat dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk“.
            Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membuat sebuah penelitian tentang “PERANAN AKIDAH DALAM KEHIDUPAN MAHASISWA DI ZAMAN MODREN“.

            B. Tujuan Penelitian
            Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dari akidah yang dalam kehidupan mahasiswa saat ini. Dimana kehidupan mahasiswa saat ini sangat jauh dari konteks ajaran agama yang disiplin dan patuh terhadap segala perintah-Nya dan larangan-Nya. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meluruskan dan memperbaiki serta menambah akidah yang dimiliki oleh mahasiswa. Dimana nantinya akidah dapat membimbing dan menjadi pegangan dalam kehidupan mahasiswa.

C. Rumusan Masalah
            Dari asumsi diatas  maka penulis tertarik untuk menampilkan permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah akidah yang dimiliki oleh mahasiswa saat ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah apakah akidah berperan dalam kehidupan mahasiswa dizaman modern saat ini?

           


           


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Peranan Aqidah

 diambil dari akar kata a-qa-da yang berarti mengikat, bertransaksi dan menyambungkan tali.
Filosofi arti kata ini memberikan pengertian bahwa aqidah adalah sesuatu yang memang mengikat si pemiliknya dalam setiap prilaku. Baik prilaku berfikir, merasakan, berbicara maupun bertindak. Ditinjau dari sisi ini maka tidak seorangpun yang bertindak dalam konteks action (aksi) melainkan selalu terikat dengan aqidah yang diyakininya. Nampaknya imposible seseorang bisa netral dari keterikatan ini. Apakah keyakinan itu disadari sebagai aqidah atau prinsip lainnya.

Oleh karena itu tinggal bagaimana seseorang mengarahkan keterikatan ini kepada keyakinan yang benar. Dilihat dari fakta ini aqidah berperan penting dalam menyalurkan sifat dasar dan fitrah manusia berupa keterikatan, ketergantungan dan keberpihakan. Sifat yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya dan begitu kuat pengaruhnya dalam hidup. Sekali lagi yang terpenting bagaimana mengarahkan sifat ini dengan benar.

Inilah salah satu ciri khas dan karakteristik Islam. Islam tidak pernah mengingkari fakta yang benar-benar terjadi apalagi sebagai watak dasar manusia melainkan ia menempatkan dan mengarahkannya sesuai dengan tuntutan dalam mengikuti kehendak Yang Maha Benar.

Di antara peran penting lain aqidah adalah menyesuaikan keyakinan dan perasaan seseorang dengan fakta kehidupan yang sesungguhnya. Setelah ia mendapat informasi yang akurat mengenai kepastian keberadaan fakta tersebut. Fakta-fakta yang menjadi masalah terbesar dalam hidup manusia antara lain adalah hal-hal yang terkait dengan ketuhanan dan masalah-masalah ghaib, metafisik dan transendental lainnya seperti mengenai ruh. Lagi-lagi manusia dengan kondisi keilmuan yang dibatasi ruang dan waktu tidak mampuh menjangkau bidang ini. Oleh karena itu ia membutuhkan informasi tentang hal itu dari orang lain. Dan keyakinanlah yang paling dominan untuk membenarkan fakta ini.

Membenarkan sebuah informasi berdasarkan keyakinan kepada informan pembawa berita bukan tidak argumentatif. Selama sang pembawa info ini seorang yang jujur dan dikenal bukan seorang pendusta.

Apalagi jika ia seorang aktor atau pelaku dalam peristiwa itu. Karena sementara akal dan nalarnya tidak sanggup dipaksakan untuk mengamatinya mengingat keterbatasan ruang dan waktu tadi. Coba dari sekian informasi yang kita terima sehari-hari, baik yang ilmiah akademik atau berita biasa, berapa prosenkah yang diterima berdasarkan pengamatan dan penelitian nalar terhadap fakta dan peristiwanya, jika dibandingkan dengan kepercayaan hati kepada si pembawa beritanya? Di sini betapa besar peran keyakinan dalam kehidupan manusia.

Sumber-Sumber Akidah yang Benar dan Manhaj Salaf dalam Mengambil Akidah
Kembali mengenai akidah, Mengapa akidah diistilahkan dengan tauqifiyah? Karena akidah tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar’I, tidak ada medan ijtihad, dan berpendapat di dalamnya, terbatas kepada apa yang ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Allah subhaanahu wa ta’ala menjamin orang yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan kesatuan kata, yaitu kebenaran akidah dan kesatuan manhaj. Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imran: 103).
Oleh karena itu, mereka disebut firqah najiyah (golongan yang selamat). Ketika ditanya tentang satu golongan tersebut, beliau menjawab, “Mereka adalah orang yang berada di atas ajaran yang sama dengan ajaranku pada hari ini, dan para sahabatku.” (HR. Ahmad).
Terjadinya banyak penyimpangan sudah diperkirakan oleh Rasulullah sehingga umat ini menjadi terpecah-pecah dan retaklah umat Islam, mereka berpaling dari sumber akidah yang shahih, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah dan membuat landasan kehidupan baru dari ilmu-ilmu kalam dan kaidah-kaidah manthiq yang diwarisi dari filsafat Yunani dan Romawi.


Rumusan Aqidah Islam

Rukun-rukun Iman yang enam merupakan rumusan aqidah Islam yang mampuh menjelaskan masalah-masalah
terbesar dalam kehidupan manusia. Keenam rukun ini saling terkait dan membentuk mata rantai dan bingkai paradigma yang jelas untuk menjawab tuntutan kebutuhan dasar manusia.

Iman kepada Allah, eksistensi, sifat-sifat dan nama-nama baik-Nya adalah poros yang menjadi orbit kelima
rukun iman lainnya. Rukun pertama ini menjadi puncak seluruh kebenaran pengabdian manusia. Karena kelima rukun lain bagian dari kehendak-Nya dan sangat terkait dengan cara dan metodologi memahami dan mengetahui kebenaran kehendak-Nya serta cara menyikapinya.

Iman kepada malaikat sebagai makhluk yang selalu berada di sisi Allah dan patuh tak pernah maksiat kepada-Nya menempati posisi ke dua. Lewat salah seorang merekalah yaitu Jibril Allah mewahyukan kehendak-Nya yang berisikan informasi yang sarat dengan petunjuk yang diperlukan manusia dalam memahami hakikat juklak kebenaran dalam kehidupan. Wahyu yang dihimpun dalam kitab-kitab-Nya ini
menempati posisi rukun iman ke tiga. Dalam memahami dan mengamalkan kehendak dan petunjuk ini diperlukan penerjemah sekaligus sebagai contoh penerapannya.

Mengingat salah satu sifat dasar dan fitrah manusia yang lain adalah meniru dan mencontoh seseorang. Maka Allah mengutus para rasul-Nya sebagai uswah hasanah yang mewariskan pemahaman dan penerapan yang benar kepada para pengikut-nya yang setia. Betapa pentingnya mengakui kehadiran contoh ini sehingga menempati rukun iman ke empat yang statemennya disatukan dalam kalimah syahadat yang ke dua. Setiap manusia menghendaki hasil yang dipetik dari jerih payah yang dilakukannya. Sekaligus membuktikan dan mengalami kebenaran setiap petunjuk dari Yang Maha diyakininya dalam kehidupan. Di samping urgensi lain yang muncul saat meyakini akibat dan balasan yang diperolehnya berdampak besar dalam mengawasi dan mengontrol kehidupannya.

Maka urgensi beriman kepada hari akhir untuk memasuki alam akhirat dan pembalasan menempati rukun iman ke lima.
Namun semua itu akan bermuara pada ketetapan Allah, baik maupun buruk, dalam qada’ dan qadar-Nya. Sebagai Pencipta alam, manuisa dan kehidupan Allah tidak pernah membuat keputusan melainkan di atas ilmu dan kebijaksanaan-Nya yang pasti. Rahmat Allah amat meliputi segala sesuatu. Manusia tidak perlu cemas terzalimi di sisi Allah Azza wa Jalla.

Seluruh rukun iman ini merupakan bingkai dan standar kebenaran bagi manusia. Dengan keenam rukun ini manusia mendapat kejelasan dalam memahami dan menerapkan apa arti suatu kebenaran berdasarkan fakta-fakta
argumentatif. Jika ini dianggap sebagai doktrin maka tidaklah keliru seseorang untuk menjadikannya sebagai prinsip. Karena tidak semua doktrin bisa dinilai tidak ilmiah. Bahkan betapa banyak sisi kehidupan manusia yang ditetapkan dengan doktrin yang sudah cukup faktual dan aksiomatis kebenarannya.


AQIDAH ISLAM sebenarnya bersumber dari pendiri agama Islam itu sendiri yaitu Nabi Muhammad saw. Akhlak Rasulullah saw seutuhnya lah aqidah yang paling utama dan paling pantas menjadi suri tauladan oleh seluruh umat manusia di muka bumi seperti yang tertulis di dalam Al-quran:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al-Ahzaab: 21).


Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :
Kata "‘Aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraamal-ihkam (pengesahan), (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
"Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).
Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)
Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang  menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

Aqidah Islamiyyah:
Maknanya adalah keimanan yang pasti teguh dengan Rububiyyah Allah Ta'ala, Uluhiyyah-Nya, para Rasul-Nya, hari Kiamat, takdir baik maupun buruk, semua yang terdapat dalam masalah yang ghaib, pokok-pokok agama dan apa yang sudah disepakati oleh Salafush Shalih dengan ketundukkan yang bulat kepada Allah Ta'ala baik dalam perintah-Nya, hukum-Nya maupun ketaatan kepada-Nya serta meneladani Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam.

Aqidah Islamiyyah:
Jika disebutkan secara mutlak, maka yang dimaksud adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karena itulah pemahaman Islam yang telah diridhai oleh Allah sebagai agama bagi hamba-Nya. Aqidah Islamiyyh adalah aqidah tiga generasi pertama yang dimuliakan yaitu generasi sahabat, Tabi'in dan orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Nama lain Aqidah Islamiyyah:
Menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah, sinonimnya aqidah Islamiyyah mempunyai nama lain, di antaranya, at-Tauhid, as-Sunnah, Ushuluddiin, al-Fiqbul Akbar, Asy-Syari'iah dan al-Iman.
Nama-nama itulah yang terkenal menurut Ahli Sunnah dalam ilmu ‘aqidah.



Sumber:
Diadaptasi dari Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih (Ahlis Sunnah wal Jama'ah), atau Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jama'ah), terj. Farid bin Muhammad Bathathy(Pustaka Imam Syafi'i, cet.I), hlm. 33-35.
Buku Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jama'ah


1.    Untuk apa Allah menciptakan kita?
2.    Bagaimana kita menyembah Allah Ta’ala?
3.    Apakah kita menyembah kepada Allah dengan perasaan takut dan harapan?
4.    Apa yang dimaksudkan Ihsan dalam ibadah?
5.    Untuk apa Allah mengutus para rasul?
6.    Apa yang dimaksud dengan tauhidullah?
7.    Apa makna ungkapan : “laa ilaaha illallah”?
8.    Apa makna tauhid dalam masalah sifat Allah?
9.    Apa faedah tauhid bagi seorang muslim?
10.    Dimana Allah?
11.    Apakah Allah bersama kita dengan ilmu-Nya atau dengan Dzat-Nya?
12.    Apa dosa yang paling besar?
13.    Apa syirik besar itu?
14.    Apa bahaya syirik besar?
15.    Apakah amalan bermanfaat jika dibarengi dengan kesyirikan?
16.    Apakah kesyirikan itu ada di kalangan kaum muslimin?
17.    Apa hukum berdoa kepada selain Allah seperti para wali?
18.    Apakah do’a itu ibadah kepada Allah?
19.    Apakah orang mati mendengar doa?
20.    Apakah kita minta bantuan kepada orang mati?
21.    Apakah boleh minta pertolongan kepada selain Allah?
22.    Apakah kita minta bantuan kepada yang hidup dan hadir?
23.    Apakah boleh nadzar untuk selain Allah?
24.    Apakah boleh menyembelih untuk selain Allah?
25.    Apakah boleh thawaf di kuburan?
26.    Apakah boleh sholat sementara kuburan ada di depan kita?
27.    Apa hukum melakukan sihir?
28.    Apakah kita boleh mempercayai dukun dan peramal?
29.    Apakah ada yang mengetahui yang ghaib?
30.    Dengan hukum apa kaum muslimin wajib menghukumi?
31.    Apa hukum undang-undang yang bertentangan dengan Islam?
32.    Apakah boleh bersumpah dengan selain Allah?
33.    Apakah boleh menggantungkan kalung pengaman dan jimat?
34.    Dengan apa kita bertawassul kepada Allah?
35.    Apakah do’a memerlukan perantara makhluq?
36.    Apa tugas yang diperankan rasul?
37.    Dari siapa kita mohon syafa’at nabi?
38.    Bagaimana kita mencintai Allah dan Rasulullah?
39.    Apakah boleh berlebih-lebihan dalam memuji Rasulullah?
40.    Siapa makhluq pertama kali?
41.    Dari apa diciptakan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam?
42.    Apa hukum jihad dijalan Allah?
43.    Apa wala’ untuk orang beriman?
44.    Apakah boleh berloyalitas kepada orang kafir dan menolong mereka?
45.    Siapa wali itu?
46.    Untuk apa Allah menurunkan Al-Qur’an?
47.    Apakah kita mencukupkan diri dengan Alqur’an dari hadits?
48.    Apakah kita mendahulukan satu ucapan diatas ucapan Allah dan rasul-Nya?
49.    Apa yang kita lakukan jika kita berselisih?
50.    Apa bid’ah dalam agama itu?
51.    Apakah ada bid’ah yang baik?
52.    Apakah dalam Islam ada sunnah yang baik?
53.    Apakah cukup bagi seorang untuk memperbaiki diri sendiri?
54.    Kapan kaum muslimin menang?

Soal 1: Untuk apa Allah menciptakan kita?
Jawaban: Dia menciptakan kita agar beribadah kepada-Nya serta tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepadaKu”. (Adz-Dzariyat: 56)

Dalil dari sunnah:
حق الله على العباد أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئاً
“Hak Allah atas hambaNya bahwa mereka menyembahNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun” (Muttafaqun ‘alaihi)

Soal 2: Bagaimana kita menyembah Allah Ta’ala?
Jawaban: Sebagaimana Allah dan Rasul-Nya perintahkan.
Dalil dari Al-Qur`an:
ومَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar beribadah kepada Allah dengan hanya mengikhlaskan diin untuk-Nya”. (Al-Bayyinah: 5)

Dalil dari sunnah:
من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو ردّ
“Barang siapa melakukan suatu amal yang tidak ada dalam perkara kami maka amalan itu tertolak”. (HR. Muslim).

Soal 3: Apakah kita menyembah kepada Allah dengan perasaan takut dan harapan?
Jawaban: Ya! Kita menyembah Allah dengan rasa takut dan harapan.
Dalil dari Al-Qur`an :
وَادْعُوهُ خَوْفاً وَطَمَعاً
“Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). (Al-A’raf: 56)
Dalil dari sunnah:
أسأل الله الجنة وأعوذ به من النار
“Aku memohon surga kepada Allah dan berlindung dengan-Nya dari neraka”. (HR. Abu Daud)

Soal 4: Apa yang dimaksudkan Ihsan dalam ibadah?
Jawaban: Merasa diawasi oleh Allah saja, yang Dia selalu melihat kita.
Dalil dari Al-Qur`an:
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
“Sesungguhnya Allah atas kalian selalu mengawasi”. (An-Nisa`:1)
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ
“Yang melihatmu ketika engkau berdiri (untuk shalat)” (Asy-Syu’ara`:218)

Dalil dari sunnah:
الإحسان أن تعبدوا الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك
“Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu”. (HR. Muslim)

Soal 5: Untuk apa Allah mengutus para rasul?
Jawaban: Untuk mengajak beribadah hanya kepada-Nya dan menghilangkan penyekutuan dari-Nya.
Dalil dari Al-Qur`an :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[1] itu” (An-Nahl: 36)

Dalil dari sunnah:
والأنبياء إخوة ودينهم واحد
“Para nabi itu bersaudara dan agama mereka satu (yakni semua rasul mengajak kepada tauhid)”. (Muttafaqun ‘alaihi)

Soal 6: Apa yang dimaksud dengan tauhidullah?
Jawaban : Mengesakan-Nya dalam Ibadah, do’a, nadzar dan hukum.
Dalil dari Al-Qur`an:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah”. (Muhammad: 19)
Dalil dari sunnah:
فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله
“Hendaklah yang pertama kali engkau menyeru mereka kepadanya persaksian bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah”. (Muttafaqun ‘alaihi)

Soal 7: Apa makna ungkapan : “laa ilaaha illallah”?
Jawaban: Tidak ada yang disembah dengan haq kecuali Allah saja.
Dalil dari Al-Qur`an:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِل
Demikian itu karena Alloh adalah Dialah yang haq dan apa yang mereka seru selainnya adalah yang batil. (Al-Hajj: 62)
Dalil dari sunnah:
من قال لا إله إلا الله وكفر بما يعبد من دون الله حرم ماله ودمه
“Barang siapa yang berkata: “tidak ada Ilah yang haq disembah kecuali Allah, haramlah hartanya (untuk diambil) dan darahnya (untuk ditumpahkan)”. (HR. Muslim)

Soal 8: Apa makna tauhid dalam masalah sifat Allah?
Jawaban: Mengukuhkan apa yang disifatkan Allah dan Rasul-Nya untuk diri-Nya.
Dalil dari Al-Qur`an:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada yang seperti Dia sesuatu-pun, dan Dia Maha Mendengar dan Melihat. (Asy-Syuraa: 11)
Dalil dari sunnah:
ينـزل ربنا تبارك وتعالى في كل ليلة إلى السماء الدنيا
“Rabb kita Yang Maha Agung dan Maha Tinggi setiap malam turun ke langit dunia”. (Muttafaqun ‘alaihi)[2]

Soal 9: Apa faedah tauhid bagi seorang muslim?
Jawaban: Petunjuk di dunia dan keamanan di akherat.
Dalil dari Al-Qur`an:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur keimanan mereka dengan kezhaliman (kesyirikan), mereka mendapatkan keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk”. (Al-An’am: 82)
Dalil dari sunnah:
حق العباد على الله أن لا يعذب من لا يشرك به شيئاً
“Hak hamba terhadap Allah bahwa Dia tidak menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (Muttafaqun ‘alaihi)

Soal 10: Dimana Allah?
Jawaban : Allah di atas langit, diatas Arsy.
Dalil dari Al-Qur`an:
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih) bersemayam di atas Arsy”. (Thaha: 5)[3]

Dalil dari sunnah:
إن الله كتب كتاباً إن رحمتي سبقت غضبي فهو مكتوب عنده فوق العرش
Sesungguhnya Allah telah menulis: (yang tertulis di dalamnya) “sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku kitab itu tertulis di sisi-Nya di atas Arsy”. (HR. Bukhari)

Soal 11: Apakah Allah bersama kita dengan ilmu-Nya atau dengan Dzat-Nya?
Jawaban : Allah bersama kita dengan ilmu-Nya mendengar dan melihat.
Dalil dari Al-Qur`an:
قَالَ لا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى
“Allah berfirman: jangan kalian berdua takut sungguh Aku bersama kalian berdua mendengar dan melihat.” (Thaha: 46)

Dalil dari sunnah:
إنكم تدعون سميعاً قريباً وهو معكم
“Sesungguhnya kalian menyeru Dzat Yang Maha Mendengar Maha Dekat dan Dia bersama kalian. Yaitu dengan Ilmu-Nya melihat dan mendengar kalian.” (HR. Muslim)

Soal 12: Apa dosa yang paling besar?
Jawaban: Dosa yang paling besar adalah syirik menyekutukan Allah.
Dalil dari Al-Qur`an:
يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya syirik itu kezhaliman yang besar.” (Luqman: 13)

Dalil dari sunnah:
سئل صلى الله عليه وسلم أي الذنب أعظم قال : أن تدعو لله ندّاً وهو خلقك
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang dosa apa yang paling besar. Beliau bersabda: “Engkau membuat sekutu bagi Allah, padahal Dialah yang menciptakanmu”. (HR. Muslim)

Soal 13: Apa syirik besar itu?
Jawaban: Yaitu mengarahkan ibadah untuk selain Allah seperti do’a.
Dalil dari Al-Qur`an:
قُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلا أُشْرِكُ بِهِ أَحَداً
“Katakanlah tiada lain aku menyeru (berdoa) kepada Rabb-ku dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”. (Al-Jin: 20)

Dalil dari sunnah:
أكبر الكبائر الإشراك بالله
“Dosa yang paling besar dari dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah”. (HR. Bukhari)

Soal 14: Apa bahaya syirik besar?
Jawaban: Syirik besar penyebab kekal di neraka.
Dalil dari Al-Qur`an:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka”. (Al-Maa`idah: 72)

Dalil dari sunnah :
من مات يشرك بالله شيئاً دخل النار
“Barang siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu pasti masuk neraka.” (HR. Muslim)

Soal 15: Apakah amalan bermanfaat jika dibarengi dengan kesyirikan?
Jawaban: Amal tidak bermanfaat jika dibarengi dengan syirik.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (Al-An’am: 88)

Dalil dari sunnah:
من عمل عملاً أشرك فيه معي غيري تركته وشركه
“Barang siapa yang beramal dengan suatu amalan yang dia menyekutukan didalamnya selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya”. (HR. Muslim)

Soal 16: Apakah kesyirikan itu ada di kalangan kaum muslimin?
Jawaban: Ya!, banyak dan amat di sayangkan.
Dalil dari Al-Qur`an :
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (Yusuf: 106)

Dalil dari sunnah :
لا تقوم الساعة حتى تلحق قبائل من أمتي بالمشركين وحتى تعبد الأوثان
“Tidaklah terjadi kiamat sehingga beberapa kabilah dari umatku bergabung dengan musyrikin dan sehingga berhala disembah.” (HR. Tirmidzi)

Soal 17: Apa hukum berdoa kepada selain Allah seperti para wali?
Jawaban: Berdoa kepada mereka suatu kesyirikan memasukkan ke neraka.
Dalil dari Al-Qur`an:
فَلا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ فَتَكُونَ مِنَ الْمُعَذَّبِينَ
“Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang diazab”. (Asy-Syu’ara`: 213)

Dalil dari sunnah :
من مات وهو يدعو من دون الله ندّاً دخل النار
“Barang siapa mati dan dia menyeru selain Allah sebagai tandingan pastilah ia masuk neraka.” (HR. Bukhari)

Soal 18: Apakah do’a itu ibadah kepada Allah?
Jawaban: Ya, doa adalah ibadah kepada Allah ta’ala.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (Ghafir: 60)

Dalil dari sunnah:
الدعاء هو العبادة
“Doa itu ibadah.” (HR. Tirmidzi)

Soal 19: Apakah orang mati mendengar doa?
Jawaban: Orang-orang mati tidak mendengar doa.
Dalil dari Al-Qur`an :
إِنَّكَ لا تُسْمِعُ الْمَوْتَى
“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar..” (An-Naml: 80)
وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ
“Dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (Fathir: 22)

Dalil dari sunnah:
إن لله ملائكة سياحين في الأرض يبلغون عن أمتي السلام
“Sesungguhnya Allah memiliki Malaikat-Malaikat yang terbang ke berbagai tempat di bumi menyampaikan kepadaku salam dari umatku.” (HR. Ahmad)

Soal 20: Apakah kita minta bantuan kepada orang mati?
Jawaban: Kita tidak minta bantuan kepada mereka, bahkan kita istighatsah kepada Allah.
Dalil dari Al-Qur`an:
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ
“Ingatlah ketika kalian istigatsah kepada Rabb kalian maka Dia mengabulkan bagi kalian”. (Al-Anfal: 9)

Dalil dari sunnah:
كان إذا أصابه هم أو غم قال : يا حي يا قيوم برحمتك أستغيث
“Adalah Nabi jika terkena kesusahan dan kesedihan beliau berdoa : “wahai Dzat Yang Maha Hidup, Wahai Dzat Yang Mengurusi Makhluk-Nya dengan rahmat-Mu aku beristighatsah”. (Hadits Hasan)

Soal 21: Apakah boleh minta pertolongan kepada selain Allah?
Jawaban: Tidak boleh minta pertolongan kecuali kepada Allah.
Dalil dari Al-Qur`an:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”. (Al-Fatihah: 5)

Dalil dari sunnah:
إذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله
“Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah dan jika engkau memohon pertolongan maka minta tolonglah kepada Allah”. (HR. Tirmidzi)

Soal 22: Apakah kita minta bantuan kepada yang hidup dan hadir?
Jawaban: Ya, (yaitu) apa yang mereka mampu melakukannya.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الْأِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Tolong-menolonglah dalam masalah kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (Al-Ma`idah: 2)

Dalil dari sunnah:
والله في عون العبد ما دام العبد في عون أخيه
“Allah senantiasa membantu seorang hamba, selama hamba tersebut membantu saudaranya”.

Soal 23: Apakah boleh nadzar untuk selain Allah?
Jawaban: Tidak boleh nadzar kecuali untuk Allah.
Dalil dari Al-Qur`an:
إِذْ قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
(Ingatlah), ketika istri Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitulmakdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Ali-Imran: 35)

Dalil dari sunnah:
من نذر أن يطيع الله فليطعه ومن نذر أن يعصيه الله فلا يعصه
“Siapa yang bernadzar untuk taat kepada Allah hendaklah ia mentaatinya (melaksanakan nadzarnya) dan barang siapa bernadzar untuk maksiat kepada Allah, maka janganlah ia mendurhakai-Nya (yaitu dengan tidak melaksanakan nadzarnya)”. (HR. Bukhari)

Soal 24: Apakah boleh menyembelih untuk selain Allah?
Jawaban: Tidak boleh, karena hal itu termasuk syirik besar.
Dalil dari Al-Qur`an:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka shalatlah untuk Rabbmu dan sembelihlah (untukNya saja). (Al-Kautsar: 2)

Dalil dari sunnah:
لعن الله من ذبح لغير الله
“Semoga Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah”. (HR. Muslim)

Soal 25: Apakah boleh thawaf di kuburan?
Jawaban: Tidak boleh thawaf kecuali di Ka’bah.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ
“Dan thawaflah kalian di Rumah Atiq tersebut (Ka’bah)”. (Al-Hajj: 29)

Dalil dari sunnah:
من طاف بالبيت سبعا وصلى ركعتين كان كعتق رقبة
“Barang siapa yang thawaf di Baitullah tujuh kali dan shalat dua raka’at, adalah seperti memerdekakan budak”. (HR. Ibnu Majah)

Soal 26: Apakah boleh shalat sementara kuburan ada di depan kita?
Jawaban: Tidak boleh shalat ke-arah kuburan.
Dalil dari Al-Qur`an:
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
“Maka arahkanlah wajahmu ke Al-Masjidil Haram yaitu menghadaplah ke Ka’bah. (Al-Baqarah: 144)

Dalil dari sunnah:
لا تجلسوا على القبر ولا تصلّوا إليها
“Janganlah kalian duduk diatas kuburan dan janganlah shalat kepadanya”. (HR. Muslim)

Soal 27: Apa hukum melakukan sihir?
Jawaban: Hukum melakukan sihir adalah kafir.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْر
“..Akan tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajari manusia sihir.” (Al-Baqarah: 102)

Dalil dari sunnah:
اجتنبوا الموبقات : الشرك بالله، والسحر
“Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan : syirik, sihir…..” (HR. Muslim)

Soal 28: Apakah kita boleh mempercayai dukun dan peramal?
Jawaban: Kita tidak boleh mempercayai keduanya dalam memberitakan masalah ghaib.
Dalil dari Al-Qur`an:
قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan”. (An-Naml: 65)

Dalil dari sunnah:
من أتى عرافاً أو كاهناً فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد
“Barang siapa yang mendatangi paranormal atau dukun kemudian membenarkan apa yang dikatakannya, maka sungguh ia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Ahmad)

Soal 29: Apakah ada yang mengetahui yang ghaib?
Jawaban: Tidak ada satupun yang mengetahui yang ghaib kecuali hanya Allah subhanahu wa ta’ala.
Dalil dari Al-Qur `an:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ
“Dan di sisi-Nya kunci-kunci ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia”. (Al-An’am: 59)

Dalil dari sunnah:
لا يعلم الغيب إلا الله
“Tidak ada yang mengetahui yang ghaib kecuali Dia”. (HR. Thabarani)

Soal 30: Dengan hukum apa kaum muslimin wajib menghukumi?
Jawaban: Mereka wajib menghukumi dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Dalil dari Al-Qur `an:
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
“Dan barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang telah Allah turunkan, maka mereka adalah orang-orang yang kafir”. (Al-Maa`idah: 44)

Dalil dari sunnah:
الله هو الحكم وإليه المصير
“Allah adalah penentu hukum, dan kepada-Nya tempat kembali.” (HR. Abu Daud)

Soal 31: Apa hukum undang-undang yang bertentangan dengan Islam?
Jawaban: Mengamalkannya hukumnya kafir, jika ia membolehkannya.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ
“Dan hukumilah diantara mereka dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah”. (Al-Maa`idah: 49)

Dalil dari sunnah:
ومن لم تحكم أئمتهم بكتاب الله ويتخيروا مما أنزل الله إلا جعل الله بأسهم بينهم شديد
“Dan barang siapa yang pemimpin-pemimpin mereka tidak menghukumi dengan kitab Allah dan memilih dari apa yang Allah turunkan kecuali Allah jadikan permusuhan kuat diantara mereka.”

Soal 32: Apakah boleh bersumpah dengan selain Allah?
Jawaban: Tidak boleh bersumpah kecuali dengan Nama Allah.
Dalil dari Al-Qur`an:
بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُن
“Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan..”. (At-Taghabun: 7)

Dalil dari sunnah:
من حلف بغير الله فقد أشرك
“Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah sungguh ia telah musyrik”. (HR. Ahmad)

Soal 33: Apakah boleh menggantungkan kalung pengaman dan jimat?
Jawaban: Tidak boleh menggantungkannya, karena hal tersebut termasuk syirik.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلا هُو
“Dan jika menimpamu suatu bahaya, maka tidak ada yang bisa menghilangkan kecuali Dia”. (Al-An’am: 17)

Dalil dari sunnah:
من علق تميمة فقد أشرك
“Barang siapa menggantungkan azimat maka ia telah musyrik”. (HR. Ahmad)

Soal 34: Dengan apa kita bertawassul kepada Allah?
Jawaban: Kita tawassul kepada Allah dengan nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya dan amal shaleh.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَلِلَّهِ الأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
“Milik Allah-lah nama-nama yang baik maka berdo’alah dengannya”. (Al-A’raf: 18)

Dalil dari sunnah:
أسألك بكل اسم هو لك سميت به نفسك
“Aku mohon kepada-Mu dengan segala nama yang dia adalah milik-Mu, yang Engkau beri nama dengannya akan Dzat-Mu”. (HR. Ahmad)
Soal 35: Apakah do’a memerlukan perantara makhluk?
Jawaban: Doa tidak memerlukan perantara.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
“Jika hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat, Aku mengabulkan do’a orang yang berdo’a jika berdo’a kepada-Ku”. (Al-Baqarah: 186)

Dalil dari sunnah:
إنكم تدعون سميعاً قريباً وهو معكم
“Sesungguhnya engkau berdo’a kepada Dzat Yang Maha Mendengar lagi Dekat, dan Dia bersamamu”. (HR. Muslim)

Soal 36: Apa tugas yang diperankan Rasul?
Jawaban : Tugas yang diperankan Rasul adalah menyampaikan wahyu.
Dalil dari Al-Qur`an:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ
“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. (Al-Maa`idah: 67)

Dalil dari sunnah:
اللهم اشهد
“Ya Allah saksikanlah.” (HR. Muslim, –ini adalah jawaban beliau atas ucapan sahabat yang berkata; “kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan amanah, dan menasehati”)

Soal 37: Dari siapa kita memohon syafa’at nabi?
Jawaban: Kita memohon syafa’at Nabi dari Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dalil dari Al-Qur`an:
قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعاً
“Katakanlah; hanya milik Allah-lah seruruh syafa’at”. (Az-Zumar: 44)

Dalil dari sunnah:
اَللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ
“Ya Allah jadikanlah dia (Rasul) pemberi syafa’at untukku”. (HR. At-Tirmidzi)

Soal 38: Bagaimana kita mencintai Allah dan Rasulullah?
Jawaban: Cinta dengan bentuk ketaatan dan mengikuti perintah.
Dalil dari Al-Qur`an:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
“Katakanlah, jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku (Rasulullah) niscaya Allah mencintai kalian.” (Ali-Imran: 31)

Dalil dari sunnah:
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين
“Tidaklah beriman seorang diantara kalian sehingga aku lebih ia cintai dari pada cintanya kepada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari)

Soal 39: Apakah boleh berlebih-lebihan dalam memuji Rasulullah?
Jawaban: Kita tidak boleh berlebih-lebihan dalam memuji Rasul.
Dalil dari Al-Qur `an:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku..”. (Al-Kahfi: 110)

Dalil dari sunnah :
لا تطروني كما أطرت النصارى ابن مريم فإنما أنا عبد فقولوا عبد الله ورسوله
“Jangan kalian melebih-lebihkan aku sebagaimana Nasrani melebih-lebihkan Isa bin Maryam, tiada lain aku adalah seorang hamba, maka katakanlah; “hamba Allah dan Rasul-Nya”. (HR. Bukhari)

Soal 40: Siapa makhluk pertama kali?
Jawaban: Dari manusia Adam, dari benda pena.
Dalil dari Al-Qur`an:
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَراً مِنْ طِينٍ
“Ingatlah ketika Rabb-Mu berfirman kepada para Malaikat; “sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” (Shad: 71)

Dalil dari sunnah:
إن أول ما خلق الله القلم
“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena”. (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi).

Soal 41: Dari apa diciptakan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam?
Jawaban: Allah menciptakan Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dari nutfah.
Dalil dari Al-Qur`an:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَة
“Dia-lah yang menciptakan kalian dari tanah kemudian dari nutfah”. (Ghafir: 67)

Dalil dari sunnah:
إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوماً نطفة
“Sesungguhnya seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama empat puluh hari sebagai nutfah”. (Muttafaqun ‘alaihi)

Soal 42: Apa hukum jihad dijalan Allah?
Jawaban: Jihad wajib dengan harta, jiwa dan lisan.
Dalil dari Al-Qur`an:
انْفِرُوا خِفَافاً وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ
“Berangkatlah jihad dalam kondisi ringan maupun berat dan berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian”. (At-Taubah: 41)

Dalil dari sunnah:
جاهدوا المشركين بأموالكم وأنفسكم وألسنتكم
“Berjihadlah melawan orang-orang musyrikin dengan harta kalian, jiwa kalian dan lidah kalian”. (HR. Abu Daud)

Soal 43: Apa wala’ untuk orang beriman?
Jawaban: Yaitu cinta, menolong orang-orang yang beriman yang bertauhid.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْض
“Orang beriman laki dan perempuan sebagian mereka sebagai wali sebagian yang lainnya”. (At-Taubah: 71)

Dalil dari sunnah:
المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضاً
“Seorang mukmin bagi mukmin yang lainnya seperti satu bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lainnya”. (HR. Muslim)

Soal 44: Apakah boleh berloyalitas kepada orang kafir dan menolong mereka?
Jawaban: Tidak boleh berloyalitas kepada orang kafir dan menolong mereka.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُم
“Barang siapa mengambil mereka sebagai wali maka sesungguhnya dia termasuk dari golongan mereka”. (Al-Maa`idah: 51)

Dalil dari sunnah:
إن آل بني فلان ليسوا لي بأولياء
“Sesungguhnya keluarga bani fulan bukan waliku (karena mereka orang kafir)”. (Muttafaqun ‘alaihi)

Soal 45: Siapa wali itu?
Jawaban: Wali adalah orang beriman yang bertaqwa.
Dalil dari Al-Qur`an:
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Yunus: 62)

Dalil dari sunnah:
إن وليي الله وصالح المؤمنين
“Sesungguhnya waliku adalah Allah dan orang beriman yang shaleh”. (Muttafaqun ‘alaihi)

Soal 46: Untuk apa Allah menurunkan Al-Qur`an?
Jawaban: Allah menurunkan Al-Qur`an untuk diamalkan.
Dalil dari Al-Qur`an:
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاء
“Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian dan jangan ikuti wali-wali selain-Nya”. (Al-A’raf: 3)

Dalil dari sunnah:
اقروا القرآن واعملوا به ولا تستكثروا به
“Bacalah Al-Qur`an dan amalkan, jangan engkau memperbanyak harta dengannya”. (HR. Ahmad)

Soal 47: Apakah kita mencukupkan diri dengan Al-Qur`an dari hadits.
Jawaban: Kita tidak mencukupkan diri dengan Al-Qur`an dari hadits.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ
“Dan telah kami turunkan peringatan kepadamu agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka”. (An-Nahl: 44)

Dalil dari sunnah:
ألا وإني أوتيت القرآن ومثله معه
“Ketauhilah sesungguhnya aku diberi Al-Qur`an dan semisal dengannya”. (HR. Abu Daud)

Soal 48: Apakah kita mendahulukan satu ucapan diatas ucapan Allah dan rasul-Nya?
Jawaban: Kita tidak mendahulukan satu ucapan diatas ucapan Allah dan Rasul-Nya.
Dalil dari Al-Qur`an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mendahului dihadapan Allah dan Rasul-Nya”. (Al-Hujurat: 1)

Dalil dari sunnah:
لا طاعة لأحد في معصية الله إنما الطاعة في المعروف
“Tidak ada ketaatan untuk seseorang dalam maksiat kepada Allah, tiada lain ketaatan itu ada dalam hal yang baik”. (Muttafaqun ‘alaihi)

Soal 49: Apa yang kita lakukan jika kita berselisih?
Jawaban: Kita kembali kepada Al-Kitab dan As-Sunnah.
Dalil dari Al-Qur`an:
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur`an) dan Rasul (sunnahnya)..” (An-Nisa`: 59)

Dalil dari Sunnah:
تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما إن تمسكتم بهما كتاب الله وسنة رسوله
“Aku telah tinggalkan dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh dengan keduanya yaitu kitab Allah dan sunnah rasul-Nya”.

Soal 50: Apa bid’ah dalam agama itu?
Jawaban: Semua yang tidak ada dalil syar’i atasnya.
Dalil dari Al-Qur`an:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّه
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?”. (Asy-Syuraa: 21)

Dalil dari sunnah:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو ردّ
“Barang siapa yang mengada-adakan dalam perkara kami ini, apa yang bukan darinya maka ia tertolak”. (Muttafaqun ‘alaihi)

Soal 51: Apakah ada bid’ah hasanah (yang baik)?
Jawaban: Tidak ada bid’ah hasanah.
Dalil dari Al-Qur’an:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu”. (Al-Maa`idah: 3)

Dalil dari sunnah:
إياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
“Jauhilah oleh kalian semua yang diada adakan, karena semua yang diada adakan itu bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat”. (HR. Abu Daud)

Soal 52: Apakah dalam Islam ada sunnah yang baik?
Jawaban: Ya seperti orang yang memulai perbuatan baik supaya ditiru.
Dalil dari Al-Qur`an:
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
“Dan jadikanlah aku imam untuk orang-orang yang bertaqwa”. (Al-Furqan: 74)

Dalil dari sunnah:
من سن سنة حسن

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْ تُ عَلَيْكُمْنِعْمَتِي وَرَضِيتُلَكُمُالإِسْلاَمَ دِينًا

ة فله أجرها وأجر من عمل بها من بعده
“Barang siapa yang mencontohkan sunnah yang baik, baginya pahalanya dan pahala yang melakukan setelahnya”. (HR. Muslim)

Soal 53: Apakah cukup bagi seorang untuk memperbaiki diri sendiri?
Jawaban: Harus memperbaiki diri sendiri dan keluarganya.
Dalil dari Al-Qur`an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka”. (At-Tahrim: 6)

Dalil dari sunnah:
إن الله تعالى سائل كل راع عما استرعاه أحفظ ذلك أم ضيعه
“Sesungguhnya Allah ta’ala akan meminta pertanggung-jawaban setiap pemimpin dari apa yang dipimpinnya, apakah menjaganya atau menyia-nyiakannya”.

Soal 54: Kapan kaum muslimin menang?
Jawaban: Jika mengamalkan kitab Rabb mereka dan sunnah nabi mereka.
Dalil dari Al-Qur`an:
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُواإِنْتَنْصُرُوااللَّهَيَنْصُرْكُمْوَيُثَبِّتْأَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong Allah, Allah pasti menolong kalian dan meneguhkan kaki kalian”. (Muhammad: 7)

Dalil dari sunnah:
لا تزال طائفة من أمتي منصورين
“Tidak henti-hentinya segolongan dari umatku menang tertolong”. (HR. Ibnu Majah)

الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
________________________________________
(1) Thaghut: ialah setan dan apa saja yang disembah selain dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
(2) Turun sesuai dengan keagungan-Nya dan kesucian-Nya.
(3) Bersemayam di atas Arsy ialah salah-satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya.
.
(Dinukil dari عقيدة المسلم “Aqidah Setiap Muslim”, Penulis: Syaikh Muhammad Jamil Zainu)

sumber: http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=459
http://abihumaid.wordpress.com/2011/03/05/tanya-jawab-akidah-setiap-muslim-dan-muslimah
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
إياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
إياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة

0 Response to " Makalah Peranan Akidah di Zaman Modern "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel